Remaja Malas Berkomunikasi dengan Orang Tua
Komunikasi
merupakan kunci seseorang untuk menghubungkan dirinya dengan yang lainnya. Tetapi
dalam realita remaja, mereka lebih nyaman untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya daripada berkomunikasi dengan kedua orang tua. Hal ini sangat terlihat jelas ketika remaja tersebut
sedang dalam masa pubertas. Dunia luar akan membawa mereka pada kenyamanan yang
baru dan akan mengikis sosialisasi didalam rumah.
Untuk itu, mari kita tinjau berbagai
alas an mengapa seorang remaja tidak nyaman atau cenderung malas berkomunikasi
dengan orang tua.
Alasan tidak berkomunikasi
Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak remaja bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti orang tua yang sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak ada waktu bagi anak untuk berbicara, atau orang tua yang harus tinggal di luar kota,luar negri untuk waktu yang lama oleh karena tugas dan pekerjaan kantor. Dalam penelitian kecil waktu melakukan praktek konseling disebuah sekolah saya menemukan beberapa alasan kenapa komunikasi remaja dengan orang tua menjadi kurang. Beberapa itu diantaranya:
1. Orang tua kurang mendengarkan ide
remaja.
Pada usia remaja, banyak sekali
ide-ide dari anak remaja tentang kehidupannya. Bisa tentang hobbinya,
teman-temannya, sekolahnya dan lain sebagainya. Orang tua tidak menerima
pendapat remaja, bahkan tidak berusaha mengerti perasaan mereka dari sudut
pandang si remaja. Ketika anak remaja mengungkapkan keinginan mereka, maksudnya
adalah ada keinginan dari anak untuk berbicang-bincang dengan orang tua dan meminta
mereka mendengarkan dengan simpatik, namun orangtua tidak mau mendengarkan.
2. Hubungan dengan teman-teman
sebaya
Seiring dengan bertambahnya usia
bertambah pula rasa keingintahuan dari anak remaja tentang segala hal. Biasanya
mereka lebih sering banyak bertanya kepada teman-teman sebaya. Dengan seringnya
komunikasi dengan teman-teman sebaya, perlahan demi perlahan komunikasi anak
dengan orang tua akan berkurang sehingga anak remaja akan lebih terbuka dengan
teman daripada dengan orang tua.
3. Orang tua tidak mendapatkan
kepercayaan dari anak remaja
Banyak orang tua yang sama sekali
tidak sensitive terhadap perasaan dan suasana dalam hati anak remaja mereka
(mood). Mereka tidak menyadari apa yang dipikirkan dan dirasakan anak
remajanya. Orang tua berbuat sesuatu buat anak mereka tanpa memperhitungkan
pikiran dan perasaan remaja sehingga anak tidak bisa mengungkapkan perasaannya
dengan baik. Ketika tidak bisa menyampaikan perasaannya kepada orang tua, maka
anak akan kehilangan rasa kepercayaannya kepada orang tua.
4. Tidak adanya afeksi
Afeksi meliputi emosi atau perasaan
yang ada antara anggota keluarga, bisa bersifat positif atau negatif. Afeksi
positif antara anggota keluarga menunjukan hubungan-hubungan yang bersifat
kehangatan emosional, afeksi, kasih sayang, dan sensitifitas. Anggota keluarga
memperlihatkan mereka saling mengasihi satu sama lainnya. Afeksi negatif
ditandai oleh emosi yang dingin, penolakan, dan rasa permusuhan. Anggota
keluarga seperti tidak mengasihi mengasihi satu sama lain, seperti acuh tak
acuh sama lain terhadap perasaan dan kebutuhan anggota keluarga lainnya
5. Ingin melepaskan diri
Dalam masa remaja, remaja berusaha
untuk melepaskan diri dari pengasuhan orang tua dengan maksud untuk menemukan
dirinya. Erikson menamakan proses tersebut sebagai proses mencari identitas
ego. Maksudnya adalah remaja berusaha membuat pembentukan identitas, yaitu
berusaha menjadi individualitas yang mantap, dan bisa berdiri sendiri.
Jadi bisa disimpulkan bahwa penyebab
komunikasi yang kurang antara orang tua bisa disebabkan oleh perilaku anak
remaja itu sendiri maupun akibat pola asuh dari orang tua.
Perhatian orangtua kepada remaja
Hubungan Remaja dan orang tua
serta peran orang tua dalam perkembangan sampai masa remaja sangat penting.
Menurut Newman (dalam Rice,1999), remaja menginginkan orang tua yang menaruh
perhatian dan siap membantu apabila remaja membutuhkan bantuan serta
mendengarkan dan berusaha mengerti sebagai remaja; menunjukan bahwa mereka
menyetujui remaja ; menerima apa adanya; memperlakukan sang remaja dengan
dewasa dan yang paling penting menjadi teladan baik bagi remaja.
Dalam setiap keluarga ada
nilai-nilai atau aturan yang harus dipegang atau ditaati oleh setiap anggota
keluarga termasuk anak remaja itu
sendiri. Namun bila setiap aturan tidak disampaikan dengan baik maka akan
terjadi pelanggaran-pelanggaran. Dalam komunikasi itulah setiap aturan atau nilai-nilai keluarga disampaikan.
Keluarga yang memiliki kekurangdekatan hubungan antar anggota keluarga,
hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga, akan sangat sulit membicarakan hal
ini dalam keluarga dan memungkinan timbulnya delikuensi pada anak remaja.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
orangtua
Sumber tambahan:
Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, Seri
Psikologi: dari anak sampai usia lanjut
FJ. Monks-AMP Knoers, Siti Rahayu
Haditomo, Psikologi Perkembangan,
0 komentar: