phone: +420 776 223 443
e-mail: support@londoncreative.co.uk

Remaja Malas Berkomunikasi dengan Orang Tua


Komunikasi merupakan kunci seseorang untuk menghubungkan dirinya dengan yang lainnya. Tetapi dalam realita remaja, mereka lebih nyaman untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya daripada berkomunikasi dengan kedua orang tua. Hal ini sangat terlihat jelas ketika remaja tersebut sedang dalam masa pubertas. Dunia luar akan membawa mereka pada kenyamanan yang baru dan akan mengikis sosialisasi didalam rumah.
Untuk itu, mari kita tinjau berbagai alas an mengapa seorang remaja tidak nyaman atau cenderung malas berkomunikasi dengan orang tua.
Alasan tidak berkomunikasi

Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak remaja bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti orang tua yang sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak ada waktu bagi anak untuk berbicara, atau orang tua yang harus tinggal di luar kota,luar negri untuk waktu yang lama oleh karena tugas dan pekerjaan kantor. Dalam penelitian kecil waktu melakukan praktek konseling disebuah sekolah saya menemukan beberapa alasan kenapa komunikasi remaja dengan orang tua menjadi kurang. Beberapa itu diantaranya:

1. Orang tua kurang mendengarkan ide remaja.

Pada usia remaja, banyak sekali ide-ide dari anak remaja tentang kehidupannya. Bisa tentang hobbinya, teman-temannya, sekolahnya dan lain sebagainya. Orang tua tidak menerima pendapat remaja, bahkan tidak berusaha mengerti perasaan mereka dari sudut pandang si remaja. Ketika anak remaja mengungkapkan keinginan mereka, maksudnya adalah ada keinginan dari anak untuk berbicang-bincang dengan orang tua dan meminta mereka mendengarkan dengan simpatik, namun orangtua tidak mau mendengarkan.

2. Hubungan dengan teman-teman sebaya

Seiring dengan bertambahnya usia bertambah pula rasa keingintahuan dari anak remaja tentang segala hal. Biasanya mereka lebih sering banyak bertanya kepada teman-teman sebaya. Dengan seringnya komunikasi dengan teman-teman sebaya, perlahan demi perlahan komunikasi anak dengan orang tua akan berkurang sehingga anak remaja akan lebih terbuka dengan teman daripada dengan orang tua.

3. Orang tua tidak mendapatkan kepercayaan dari anak remaja

Banyak orang tua yang sama sekali tidak sensitive terhadap perasaan dan suasana dalam hati anak remaja mereka (mood). Mereka tidak menyadari apa yang dipikirkan dan dirasakan anak remajanya. Orang tua berbuat sesuatu buat anak mereka tanpa memperhitungkan pikiran dan perasaan remaja sehingga anak tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik. Ketika tidak bisa menyampaikan perasaannya kepada orang tua, maka anak akan kehilangan rasa kepercayaannya kepada orang tua.
4. Tidak adanya afeksi

Afeksi meliputi emosi atau perasaan yang ada antara anggota keluarga, bisa bersifat positif atau negatif. Afeksi positif antara anggota keluarga menunjukan hubungan-hubungan yang bersifat kehangatan emosional, afeksi, kasih sayang, dan sensitifitas. Anggota keluarga memperlihatkan mereka saling mengasihi satu sama lainnya. Afeksi negatif ditandai oleh emosi yang dingin, penolakan, dan rasa permusuhan. Anggota keluarga seperti tidak mengasihi mengasihi satu sama lain, seperti acuh tak acuh sama lain terhadap perasaan dan kebutuhan anggota keluarga lainnya
5. Ingin melepaskan diri

Dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari pengasuhan orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya. Erikson menamakan proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego. Maksudnya adalah remaja berusaha membuat pembentukan identitas, yaitu berusaha menjadi individualitas yang mantap, dan bisa berdiri sendiri.
Jadi bisa disimpulkan bahwa penyebab komunikasi yang kurang antara orang tua bisa disebabkan oleh perilaku anak remaja itu sendiri maupun akibat pola asuh dari orang tua.

Perhatian orangtua kepada remaja

Hubungan Remaja dan orang tua serta peran orang tua dalam perkembangan sampai masa remaja sangat penting. Menurut Newman (dalam Rice,1999), remaja menginginkan orang tua yang menaruh perhatian dan siap membantu apabila remaja membutuhkan bantuan serta mendengarkan dan berusaha mengerti sebagai remaja; menunjukan bahwa mereka menyetujui remaja ; menerima apa adanya; memperlakukan sang remaja dengan dewasa dan yang paling penting menjadi teladan baik bagi remaja.
Dalam setiap keluarga ada nilai-nilai atau aturan yang harus dipegang atau ditaati oleh setiap anggota keluarga termasuk anak remaja itu sendiri. Namun bila setiap aturan tidak disampaikan dengan baik maka akan terjadi pelanggaran-pelanggaran. Dalam komunikasi itulah setiap aturan atau nilai-nilai keluarga disampaikan. Keluarga yang memiliki kekurangdekatan hubungan antar anggota keluarga, hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga, akan sangat sulit membicarakan hal ini dalam keluarga dan memungkinan timbulnya delikuensi pada anak remaja.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi orangtua

Sumber tambahan:
Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, Seri Psikologi: dari anak sampai usia lanjut
FJ. Monks-AMP Knoers, Siti Rahayu Haditomo, Psikologi Perkembangan,

0 komentar: